Sore itu,saya melihat sebuah tayangan di televisi swasta tentang kisah hidup pengungsi eks.timor-timor yang memilih tetap berada di indonesia. Dan sore itu pula, air mata saya meleleh, ketika mereka ditanya: apakah ibu marah kepada pemerintah? apakah bapak menyesal memilih indonesia?
mereka semua dengan yakin menjawab tidak, indonesia itu baik.
Andai pemimpin negeri ini menengok sejenak bagaimana kehidupan rakyatnya yang tak melulu bergelimang harta. Bahwa rakyatnya bukan hanya yang ada di antrian pembelian tiket konser bernilai jutaan rupiah. Bahwa rakyatnya bukan hanya yang ada di cafe-cafe sambil menikmati secangkir kopi bersama kekasih ataupun teman mereka. Bahwa rakyatnya bukan hanya yang memakai dasi di perkantoran gedung tinggi. Bahwa rakyatnya bukan hanya pemegang kartu kredit yang keluar masuk butik ternama. Mereka-mereka itu jumlahnya sangatlah sedikit jika dibandingkan dengan seluruh rakyat negeri ini, Pak!
Cobalah tengok di jalan-jalan ibu kota, di pinggiran sungainya yang kotor, di pasar-pasar becek, di gubuk-gubuk kardus, di pelosok-pelosok kampung yang mungkin tak pernah terjangkau mata manusia. Ah, yang saya lihat di televisi itu hanya sedikit saja kan? Bahkan melihat yang sedikit itu... saya merasa sangat bersalah, ketika saya dapat dengan mudah mendapatkan uang ratusan ribu dalam waktu sehari; hanya dengan duduk di kursi empuk dalam ruangan ber-ac berurusan dengan tumpukan kertas. Sementara mereka berhari-hari mencari batu di sungai, memecahnya menjadi serpihan kecil kerikil, lalu menunggu waktu sebulan untuk mendapatkan uang empat ratus ribu rupiah yang langsung habis dibelikan beras satu karung? Bahkan saya berpikir, apakah dunia ini adil?
Manusia mungkin bisa saja tidak adil, tapi bukan berarti kita menggunakannya sebagai alasan. Saya jadi berkhayal, bagaimanakah perasaan Rasulullah ketika melihat hal ini di zammannya? Apakah yang akan beliau lakukan? Umar bin Khattab.... Ali bin Abi Thalib... Usman bin Affan... Abu Bakar ash Siddiq.... Umar bin Abdul Aziz...
Bukannya tidak ada teladan kan?
Hanya kadang kita terlampau lalai...
Seseorang selalu memimpikan kesempurnaan hidupnya, namun sedikit sekali yang menyadari bahwa takdir terbaik selalu lebih manis, bahkan dari kesempurnaan itu sendiri..
Friday, April 6, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Labels
Sepotong Episode
(72)
Curhat Colongan
(46)
Crispy Notes
(44)
Cerpen
(18)
HariHariKu
(17)
Epilog
(14)
ngaco.com
(14)
tarbiyah is so cool
(14)
Intermezzo
(11)
akhwat tangguh
(11)
tentang cinta
(7)
dreamy
(6)
JalanJalan
(5)
Jobseeker
(5)
Quotes.
(5)
Puisi
(4)
30 Hari Mengejar Sidang
(3)
Ala Korea
(3)
Tips Menulis
(3)
Konstelasi Bintang
(2)
pemimpi
(2)
2012
(1)
Diet
(1)
Favorit
(1)
Fiktif
(1)
IPT Perah
(1)
Media
(1)
Opini
(1)
Politik
(1)
Pria
(1)
Resolusi
(1)
Sejarah
(1)
ShareTweet
(1)
Tokoh
(1)
Wisuda
(1)
resensi
(1)
No comments:
Post a Comment