Tuesday, October 12, 2010

Pertanyaan tentang cinta...

Sore itu hujan, rintik-rintik seperti biasanya menciptakan aroma tanah samar-samar.

Panggilan adzan berkumandang, merdu sekali.. menyejukkan.

Semua sholat berjama'ah disana, di sebuah ruang sederhana tempat rutin untuk sholat.

Dan kami masuk ke dalam ruangan sempit, sebuah kamar.

Duduk melingkar, saling bertukar senyum tulus, saling bertukar salam,

saling memberi kabar setelah sepekan melebar.. kini saatnya lingkaran ini mengecil kembali.

siap bertukar cerita, siap bertukar semangat, bahkan siap untuk menumpahkan tangis.

Saya yakin tidak banyak yang merasakan nikmat ini: kami bukan kakak adik, kami tidak satu daerah,

kami tidak satu jurusan apalagi satu kelas, namun keimanan insya Allah telah mengikat hati-hati kami.



Di satu sesi,, tiba-tiba satu pertanyaan terlontar

"Apa definisi cinta?"

Kami semua saling berpandangan, entah tiba-tiba saja tidak punya jawaban akan pertanyaan itu.

Semua seakan tergugu. Apa ya?????



Setelah didesak, akhirnya keluarlah jawaban-jawaban aneh itu...

"Cinta itu sulit di definisikan mbak..." (puitis abis)



"Cinta itu buta."



"Cinta itu sebuah perasaan dimana kita selalu bisa melakukan apapun demi orang yang kita cintai."



"Cinta itu sebuah integrasi, refleksi%^&**()&%%$#@@*())^$##" (bahasa tingkat tinggi)



"Cinta itu fitrah." (gubrrraaakkk!)



Sementara kami bingung... si mbak hanya tersenyum simpul.

"Kenapa harus bingung? Bukankah cinta hanyalah sebuah ekspresi dari perasaan?

Seperti sedih, gembira, bingung."



Ia merupakan ekspresi dari perasaan. Tidak lebih.

Namun terkadang kita terlalu memberhalakannya, hingga ia pun naik tingkat menjadi kata-kata yang kadang kita sulit mengerti.

Kalau saya boleh mengutip kata-kata dari seorang penulis (kalau tidak salah Sallim A. Fillah, punten kalo salah beneran ^^)

"Cinta adalah kata kerja."

dan saya akan meminjam istilah mbak saya, bahwa cinta adalah bukti.



Ya. Karena cinta tak cukup dengan kata.

Maka ketika kita mencintai kedua orangtua kita, maka buktikanlah bahwa kita bisa berbakti.

Jika cinta itu untuk sahabat2 kita, maka buktikanlah engkau akan selalu membantunya dalam hal kebaikan.

dan...

Ketika cinta itu hadir kepada seseorang teristimewa, maka buktikanlah bahwa kita akan menjaga 'cinta' kita agar tak terekspresikan yang akan berakibat ketidakridhoan Sang Pemilik Cinta, Rabb kita.



Lalu selalu ada ujung... selalu ada benang merah...

--> Cinta kepada Sang Pemilik Cinta

Ya. Bukankah cinta-cinta yang kita jabarkan itu pada hakikatnya adalah bentuk kecintaan kita pada Allah, Rabb Semesta Alam.

karena cinta padaNya-lah yang merupakan pokok ibadah dan inti ketauhidan,

cinta padaNya-lah yang merupakan ruh dari dien kita, islam rahmatan alamin

cinta padaNya-lah yang menjadi syarat diterimanya kesaksian kita: syahadat.



Maka ketika cinta yang kita miliki ini ternyata tidak berujung padaNya,,, adakah ini disebut cinta?

Bukankah cinta itu indah? (bagi orang yang tengah kasmaran),

namun cinta pun bisa menjadi badai mengerikan (bagi yang tengah patah hati atau dikhianati).



Kembalikan cintaMu pada Rabb-Mu..

dan engkau akan dihadiahkan cinta oleh Sang Pemilik Cinta bukan hanya di sini (dunia yang singkat),

namun juga hadiah syurga yang manis (..dan inilah kehidupan yang kekal).



Wallahu'alam bishawab


*hanya sebuah hasil dari perenungan dan sisa-sisa ingatan yang semoga bermanfaat bagi saya, anda, dan siapapun. (Adzkia,2010)



diBawahLangit, 23 September 2010
>>muhabbatullah

1 comment: