Setelah sholat berjamaah, kami bersiap senam pagi! Taraaaa... cuma anak-anak kok yang senam, saya mah kaburrr... hehe ^^v dan muncul kembali saat mereka mulai berangkat untuk jelajah alam.
Resiko jadi tim medis adalah harus siap siaga di belakang. Yap!! Saya ditinggal pembina lain, bersama seorang anak yang kakinya sedang sakit. Saya berusaha menikmati perjalanan itu meski agak panik, [gimana kalau nyasar coba??] ah, tapi saya harus tetep stay cool... malu dunk sama murid saya yang bertampang kalem meski tertinggal jauuuuh di belakang. Tiba-tiba si anak mengeluh perbannya lepas dan saya pun dengan sigap membantunya untuk mengganti perban di kakinya. Tapi,, saya lupa bawa gunting untuk memotong plesternya. Dan tidak ada benda tajam satu pun di sana.
Saya minta izin untuk meninggalkan anak itu dan mencoba menyusul rombongan yang tidak terdengar lagi suaranya. Lumayan jauh, sampai akhirnya saya menemukan mereka di sebrang sana... Oh My God! Gimana caranya saya ke sana??
Saya bertepuk tangan untuk menarik perhatian mereka, supaya mereka sadar kalau saya ketinggalan rombongan. Alhamdulillah, satu panitia langsung berlari menghampiri saya lewat belukar dan sebuah sungai kecil. Dan pertanyaan pertama yang saya ajukan adalah...
"Bawa benda tajam gak, Pak?"
Si Bapak pun kebingungan, "Benda tajam? Buat apa?"
"Buat potong plester, itu ada anak yang sakit di sana."
"Kenapa gak dibopong aja, Bu?"
"Berat kali, Pak. Bapak liat sendiri aja deh anaknya." Si anak yang sakit itu punya badan lumayan berisi [sedikit penghalusan dari kata gendut ;p]
Olala... ternyata plester itu bisa dirobek gitu aja pake tangan. Malunya dakuuuuu, ketauan nih gak lulus PMR.Track yang kami lalui untuk kembali ke rombongan lumayan sulit. Dan saat harus meloncat, si Bapak tiba-tiba terdiam. Rupanya beliau nunggu saya, karena khawatir gak bisa loncat karena memang agak tinggi.
Dengan lugunya saya nanya, "Kok gak dilanjutin, Pak?"
"Ayo loncat, Bu."
"Oh.. Bapak tenang aja, saya bisa kok. Jadi bapak duluan saja. Santai, Pak, sudah biasa."
"Oh.. bener bisa?"
Saya pun mengangguk yakin. Kami pun melanjutkan perjalanan. Sampai ada pagar lumayan tinggi yang harus kami lewati. Saya sudah di atas pagar, tiba-tiba si Bapak menoleh, "Beneran bisa, Bu?"
"Tenang, Pak. Hupp! Saya pun mendarat dengan sukses! Menyisakan murid-murid saya yang melongo menyaksikan ibu gurunya berubah jadi wonderwomen. Haha.
***Yeeeee ini yang saya tunggu2!!! Flying Fox!! Saat kuliah dulu saya gak kesampean naik ini karena terkendala rok. Tapi karena saya sekarang pakai RONA (Rok Celana) Saya dengan pede akan mencobanya. Sampai kepala sekolah dan para bapak guru heran melihat saya bersemangat sekali, karena saya satu-satunya 'ibu guru' yang ikutan ngantri main ini.
Saat naik tangga untuk sampai ke atas sebelum meluncur, tiba-tiba instruktur bilang "Kayaknya udah biasa manjat ya, Bu?" Tuiiiiiing Tuiiiiing, ini pujian atau apa ya? Saya jawab aja, "Kok tahu, Pak?" [ini bukan mau ngegombal yak! :)] "Iya soalnya cekatan banget." haha... baru tahu dia! Mungkin dia belum mendengar perjuangan saya untuk sampai ke menara Al Hurriyah [masjid kampus IPB yang konon tingginya 35 meter sodara-sodara! Dan jangan bayangkan saya naik menara itu seperti naik menara monas! Kami harus memanjat tangga-tangga yang berdiri dengan kemiringan 180 derajat. EH malah jadi ngomongin iiniii, soriii]
Slurpppppppppppppp [eh begini gak ya bunyi meluncurnya??] Alhamdulillah sampai ke darat dengan selamat. Sebenernya pengen naik lagi,,, tapi berhubung di bawah sudah banyak bapak guru, saya urungkan niat itu. Well, suatu saat harus mencoba lagi... semoga paralayang next time :)) hihi amiiin
Oke, sekian pengalaman saya Camping wif siswa siswi SDIT sekaligus acara perpisahan saya sebagai guru mereka, hiks hiks..
Saya yakin mereka akan mendapatkan guru yang lebihhhhh segala-galanya dibanding saya, dan semoga saya akan mendapatkan yang terbaik di luar :) Tetap diistqomahkan dalam kesabaran saat berjuang di medan laga yang lain [nih silat apa yak?]
amiiiiiiiiiiiiiiiiin
No comments:
Post a Comment