Menunggu adalah ujian tersendiri dalam hidup. Setiap orang hampir pasti pernah mengalaminya, menunggu apapun itu. Saya jadi penasaran, bagaimanakah 'rasa' menunggu yang dialami orang-orang. Samakah dengan 'rasa' yang saya rasakan juga? Meskipun belum pernah membuat survei khusus, namun saya yakin kalau 'rasa' menunggu bagi setiap orang sungguh persis. Tapi, yang memiliki perbedaan adalah bagaimana orang tersebut menyikapi 'rasa' menunggu tersebut.
Ya. Seperti sikap banyak orang dalam menghadapi rasa masakan misalnya. Ada yang mesem-mesem ketika makan mangga asam, tapi tidak sedikit yang biasa saja malah cenderung menikmati. Ada yang tak tahan menghadapi pedasnya sambal, tapi ada yang tidak bisa makan tanpa sambal. Ada yang membenci makanan manis, ada yang sangat tergila-gila dengan gula. Well, benarkan? Rasa yang dicicip sama. Tapi efeknya akan sangat berbeda bagi masing-masing orang yang merasakannya.
Dari analogi diatas, saya berkesimpulan mungkin tak ada yang berbeda dengan 'rasa menunggu' antar individu, tapi yang berbeda adalah efek dari perasaan itu. Membuat seseorang menjadi optimis atau pesimis? Membuat orang terlena atau produktif? Membuat orang bersemangat atau malas?
Saya mempunyai pengalaman menunggu berbagai hal. Dari berbagai hal itu, menunggu kabar baik menjadi sesuatu yang menyenangkan sekaligus menyebalkan! ^^v Karena konsekuensi menunggu kabar ada dua, yaitu sesuai harapan kita atau sebaliknya. Saat jaman menjadi mahasiswa tingkat akhir, pekerjaan saya adalah menunggu dosen; menunggu kedatangannya, menunggu tanda tangannya, menunggu ucapan persetujuannya. Dan itu menjadi masa-masa sulit dalam hidup... bayangkan, saya butuh waktu dua tahun untuk menyelesaikan skripsi (plis jangan bilang wow, apalagi koprol!),
Satu hal yang membuat saya kuat menjalaninya, saya yakin semua moment sudah dituliskan di Lauh Mahfudz (kitab tersembunyi) milik-Nya. Saya yakin saatnya akan tiba, tapi masalahnya saya tidak pernah tahu kapan pastinya waktu itu. Maka saya terus berusaha berlari untuk bersegera menemui waktu itu. Dan... jengjengjeng... target wisuda bulan desember pun melorot sampai ke bulan april di tahun berikutnya. Namun, saya tidak menyesalinya. Sebab saya yakin, sekencang apapun saya berlari... jika Allah belum berkehendak maka saya tidak akan pernah sampai di tempat tujuan.
Seperti malam ini, sejak hari jumat saya tak pernah lepas dari hape. Setiap bunyinya membuat jantung saya berdetak lebih cepat. Dan saya harus berlapang dada ketika ternyata itu pesan dari operator gsm, bukan orang yang saya harapkan. Saya terus menunggu dengan sejuta harap yang membumbung. Akankah ini tiba saatnya waktu yang dijanjikan Allah setelah masa-masa sulit dan perjuangan yang saya alami? Ataukah bukan sekarang, karena Allah masih ingin saya berusaha keras. Karena Allah telah menyiapkan tempat yang lain, ladang rizki yang lain, yang tentu lebih baik untuk dunia dan akhirat saya.
Manusia, pun keyakinan itu ada di sudut hati. Tapi toh sudut hati yang lain membisiki kalimat sebaliknya. Calm down. Allah sesuai prasangka hambaNya, ketika ia katakan "Jadi!" maka Jadilah... :)
Terima kasih atas semua ujian hidup yang telah Engkau berikan, karena dengannya aku semakin kuat!
No comments:
Post a Comment