Tuesday, November 15, 2011

DE WINST

Buku pertama dari tetralogi karya Afifah Afrah ini benar-benar mengaduk-aduk perasaan saya. Bukan karena buku ini melankolis anarkis, tapi karena saya merasa tertampar. Merasa kalah telak. Meskipun saya sangat suka menulis, rasanya saya belum pernah bisa menulis sehebat buku ini!
Penulis berhasil menghadirkan 'setting' tahun sebelum masa kemerdekaan, berhasil membawa imajinasi saya melayang-layang di masa itu, membuat saya menatap sisi lain nedherland, mengenal kosa kata asing, terjebak dalam lingkungan keraton, merasakan aroma terkekangnya seorang 'raden ayu' maupun 'raden mas' di dalam sana. Lewat tokoh Raden Mas Bendara Rangga Poeroehita, saya mengenal teori-teori ekonomi, mengenal perjuangan lain di masa itu selain angkat senjata. Lalu Raden Ayu Bendara Sekar Perembajoen membuka tabir perjuangan seorang wanita dengan segala keterbatasannya di masa itu. Rangga yang tertata sikapnya, Sekar yang meledak-ledak dan cenderung radikal.
Penulis benar-benar mengemas kisah mereka dengan apik. Bukan. Novel ini bukan melulu kisah cinta antar dua manusia. Meski ada, tapi masih banyak kisah lainnya. Perjuangan seorang pelacur, seorang inlander, seorang ulama, seorang nedherland, seorang jurnalis, advocad, ahh... buku ini sangat komplit menurut saya!
Terlebih untuk saya yang 'sangat kurang' bisa mengeksplor setting tempat. Dan buku ini membuat saya. Lagi. Tertampar.
Two tumbs up!!

No comments:

Post a Comment